Model- Model Pembelajaran Inovatif

Dalam dunia pendidikan, belajar dan belajar berlangsung tidak hanya disekolah, tetapi juga di tiga pusat yang biasa dikenal dengan Tri Pusat Pendidikan . Ketiganya ini adalah tempat dimana anak-anak secara langsung atau tidak langsung dididik dalam kehidupan keluarga (informal), sekolah (formal) dan masyarakat (informal). Orang dikatakan dalam proses belajar apakah mereka mempunyai aktivitas yang menyebabkan perubahan perilaku dan dapat diamati dalam jangka waktu yang relatif lama. 

Model- Model Pembelajaran

Proses pembelajaran menuntut setiap peserta didik untuk terlibat aktif dalam pencapaian tujuan pembelajarannya. Hal ini membutuhkan bantuan guru untuk memotivasi dan mendorong siswa untuk berpartisipasi penuh dalam proses pembelajaran.

Guru perlu menguasai materi dan strategi pembelajaran serta Model- Model Pembelajaran. Slameto ( 2003: 929 ) menyatakan bahwa pendidikan harus efektif baik bagi dirinya maupun siswanya. Kondisi berikut diperlukan untuk pembelajaran yang efektif.

1. Belajar aktif, baik mental maupun fisik.

2. Guru perlu menggunakan banyak jenis metode 

3. Dalam pola mengajar, ada banyak metode yang digunakan.

4. Kurikulum yang sangat baik dan seimbang

5. Guru harus memperhitungkan perbedaan individu.

6. Guru dapat mengajar secara efektif dengan selalu merencanakan dan kemudian mengajar

7. Siswa juga harus dipengaruhi oleh saran guru. 9788. Guru membutuhkan keberanian untuk menghadapi siswanya.

9. Guru harus mampu menciptakan suasana demokratis di sekolah.

10. Guru perlu menyajikan pertanyaan yang menggugah pikiran

11. Semua mata kuliah yang diberikan kepada mahasiswa harus terintegrasi.

12. Kelas di sekolah harus dikaitkan dengan kehidupan nyata di masyarakat

13. Dalam hubungan interaktif antara belajar-mengajar, guru harus memberikan banyak kebebasan kepada siswa.

14. Perbaikan ( remidi )

Berdasarkan uraian di atas, penting dalam proses pendidikan dan pembelajaran bahwa guru sebagai guru tidak mengontrol kegiatan tetapi menciptakan lingkungan belajar dan memotivasi siswa, Anda dapat menyimpulkan. Bantu siswa mengembangkan potensi dan kreativitas mereka. Perilaku guru berkorelasi positif dengan kinerja siswa jika siswa memiliki jam belajar.

Model- Model Pembelajaran Inovatif

Ada model pembelajaran yang berbeda untuk mengajarkan siswa bagaimana mereka belajar sehingga mereka dapat mencapai tujuan belajar mereka secara optimal 

Dalam praktiknya, guru harus ingat bahwa 'Tidak Ada 1 model model pembelajaran yang paling cocok untuk semua situasi dan kondisi. Oleh karena itu, dalam memilih model pembelajaran yang tepat, perlu diperhatikan kondisi siswa, sifat materi, perangkat multimedia yang tersedia, dan kondisi guru. 

Berikut adalah beberapa Model- Model Pembelajaran  Inovatif yang dapat dipilih dan digunakan sebagai alternatif tergantung pada situasi dan kondisi Anda berada. 

1.  Model Pembelajaran kolaboratif. (Cooperative Learning)

Pembelajaran kolaboratif  Beradaptasi dengan sifat manusia sebagai entitas sosial yang penuh ketergantungan pada orang lain dan dengan tujuan dan tanggung jawab bersama, penugasan tugas, dan rasa takdir. Dengan menggunakan praktik ini, pembelajaran kooperatif kelompok, siswa dilatih dan dibiasakan untuk berbagi pengetahuan, pengalaman, tugas, dan tanggung jawab. 

Karena kerja sama adalah lambang kehidupan sosial, kami belajar untuk saling membantu, mempraktikkan interaksi, komunikasi dan sosialisasi, dan mengenali kekuatan dan kelemahan satu sama lain. Dengan demikian, model pembelajaran kooperatif merupakan kegiatan pembelajaran yang membantu kelompok bekerja sama untuk mengembangkan konsep pemecahan masalah atau inkuiri. 

Menurut teori dan pengalaman, karena kelompok  bersifat kohesif (keruntuhan partisipatif), setiap anggota kelompok terdiri dari sampai 5 orang, dan peserta pelatihan bersifat heterogen (keterampilan, jenis kelamin, kepribadian) dan tes bertanggung jawab atas hasil tim berupa dukungan, laporan atau presentasi. Sintaks pembelajaran kooperatif  adalah informasional, arahan strategis, pembentukan kelompok heterogen, kerja tim, presentasi hasil kelompok, dan pelaporan. 

2. Pembelajaran kontekstual ( pendidikan dan pembelajaran kontekstual) 

Pembelajaran kontekstual dimulai dengan pertanyaan atau verbal. Menyajikan tanggapan (bersahabat, terbuka, bernegosiasi) terkait dengan dunia nyata kehidupan siswa (memodelkan kehidupan sehari-hari) memberikan manfaat dari materi yang disajikan, motivasi dan perasaan siswa untuk tampak belajar Akan spesifik, suasana akan baik, dan akan nyaman dan nyaman. Pembelajaran kontekstual adalah aktivitas siswa, dimana siswa melakukan lebih dari sekedar menonton, mencatat, dan mempelajari keterampilan sosialisasi. 

Ada beberapah metrik pembelajaran kontekstual untuk membedakannya dari model  lainnya yaitu 

Modeling ( fokus, motivasi, memberikan  keterampilan objektif, tanda, tanda, contoh), 

Questioning  ( riset, orientasi, bimbingan, arahan, pengembangan, penilaian, survei , Generalisasi), 

Learning Community ( Semua siswa berpartisipasi dalam pembelajaran dalam kelompok atau individu, Mindson, Practice, Test, Work), 

Requirement  (Identification, Requirement, Hypothesis , Guess, Generalize, Discover), 

Constructivism (membangun pemahaman yang unik , membangun aturan konseptual, analisis global, Refleksi (ulasan, sintesis, trek), 

Authentic assessment (penilaian akademik dan pasca-akademik, penilaian kinerja karir siswa individu, penilaian portofolio), penilaian obyektif dari berbagai aspek dari di lain cara bersama). 

3. Pembelajaran Berbasis Masalah 

Untuk meningkatkan kualitas pembelajaran, peneliti menyarankan menggunakan model pembelajaran Konstruktivis dalam kegiatan belajar mengajar. 

Dengan perubahan model pembelajaran, terjadi pergeseran dari pembelajaran yang berpusat pada guru menjadi pembelajaran yang berpusat pada siswa. Belajar dengan meningkatkan kerukunan antara guru dan siswa, memberikan kesempatan sebesar-besarnya kepada siswa untuk berperan aktif dan membangun konsep yang mereka pelajari. 

Pembelajaran Berpusat pada Siswa ditujukan untuk siswa yang termotivasi dan mandiri yang mampu belajar mandiri dan bertanggung jawab yang terus meningkatkan dan mengembangkan pengetahuan, keterampilan, dan sikap mereka. Ada beberapa metode pembelajaran yang berpusat pada siswa, salah satunya adalah metode pembelajaran berbasis pertanyaan 

Pembelajaran berbasis masalah adalah salah satu dari metode pembelajaran yang menggunakan masalah sebagai langkah pertama dalam memperoleh dan mengintegrasikan pengetahuan baru. Dengan mencoba memecahkan pertanyaan, siswa akan memperoleh pengetahuan dan keterampilan yang dibutuhkan untuk pertanyaan-pertanyaan ini.

Gardner (2007) berpendapat bahwa pembelajaran berbasis masalah adalah model pembelajaran alternatif yang menarik untuk pembelajaran kelas tradisional. Dengan model pembelajaran berbasis masalah, dosen menyajikan kepada mahasiswa sebuah masalah, bukan kuliah atau tugas. Sehingga mahasiswa menjadi lebih aktif belajar untuk menemukan dan menyelesaikan masalah 

Pembelajaran Berbasis Masalah bertujuan untuk mengembangkan dan menerapkan keterampilan penting. Pemecahan Masalah Berbasis Masalah atau Kolaborasi Kelompok, dan Perolehan Pengetahuan Bersama. Guru memiliki peran dalam menginspirasi siswa untuk memaksimalkan potensi dan kemampuannya. 

Pembelajaran berbasis masalah memiliki ciri-ciri sebagai berikut: 

a. Pembelajaran dimulai dengan pertanyaan 

b. Masalah yang diberikan berhubungan dengan dunia nyata siswa 

c. Mengorganisasikan pelajaran seputar masalah

d. Untuk mengatur pelajaran berdasarkan topik. Siswa memiliki tanggung jawab yang besar untuk melaksanakan proses pembelajaran secara mandiri 

e. Gunakan subgrup 

f. Siswa harus mempresentasikan apa yang telah dipelajari dalam bentuk representasional

Dari penjelasan di atas, jelas bahwa pembelajaran berbasis masalah dimulai dengan masalah. Masalah yang dijadikan pembelajaran dapat muncul dari siswa atau guru. Biarkan siswa memilih pertanyaan yang mungkin mereka minati untuk dipelajari. 

4. TGT (Team Game Tournament) 

Dengan menerapkan model ini dengan mengelompokkan beberapa siswa, tugas setiap kelompok bisa sama atau berbeda. Setelah menerima tugas, setiap kelompok bekerja sama dalam bentuk kerja individu dan diskusi. 

Dengan menarik dinamika kelompok, menjaga kekompakan dan meningkatkan daya saing antar kelompok, suasana  diskusi menjadi santai dan menyenangkan seperti permainan, yaitu  memiliki guru yang terbuka, ramah, baik dan sopan dan ada sajian bodoran. 

Setelah kerja kelompok selesai, mempresentasikan hasil kelompok untuk diskusi kelas. Jika waktu memungkinkan, TGT akan diadakan dalam beberapa pertemuan atau diselesaikan di kemudian hari. Dalam rangak mengisi waktu sesudah UAS menjelang pembagian raport.

Kesimpulan

Dalam praktiknya, guru harus ingat bahwa 'Tidak Ada 1 model model pembelajaran yang paling cocok untuk semua situasi dan kondisi. Oleh karena itu, dalam memilih model pembelajaran yang tepat, perlu diperhatikan kondisi siswa, sifat materi, perangkat multimedia yang tersedia, dan kondisi guru. 

Demikianlah uraian admin tentang Model- Model Pembelajaran. semoga bisa bermanfaat.
Next Post Previous Post
No Comment
Add Comment
comment url